Pertobatan Yang Sejati


“namun sekarang aku bersukacita, bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena dukacitamu membuat kamu bertobat.” 2 Korintus 7:9a

Banyak orang Kristiani yang mengalami jatuh bangun di dalam dosa. Satu saat merasakan penyesalan atas dosanya dan berkomitmen untuk ‘bertobat’, namun di disaat kemudian hari kesalahan demi kesalahan yang sama dan perbuatan dosa itu pun kembali terulang. Apakah ini yang disebut dengan pertobatan sungguh-sungguh atau sejati?

Pertobatan sejati selalu disertai perubahan! Jangan menjadi sama dengan dunia yang penuh dengan janji. Saul adalah contoh konkret. Untuk menutupi dosanya, Saul selalu berusaha menyalahkan orang lain dan membuat dalih-dalih ketika menerima teguran dari Samuel. Mari lihat, dalam 1 Samuel 28, kita melihat Saul masih tetap tidak bertobat dengan sungguh-sungguh atau memohon pengampunan kepada Tuhan atas dosa-dosanya, ia justru mencari pertolongan kepada perempuan pemanggil arwah di En-Dor untuk mencari petunjuk atau nasihan sebab ia tidak mendapat dari Tuhan. “Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya.” (1 Samuel 28:7). Ini lah hal keduniawian yang sampai saat ini selalu terjadi, bukannya bertobat tapi malah mencari ilah-ilah lain.

Sahabat.... Bila kita tidak segera bertobat, bahkan terhadap hal-hal kecil sekali pun, berarti kita sedang ‘menumpulkan/menghilangkan’ kepekaan kita sendiri terhadap suara Tuhan. Pertobatan yang sejati bukan hanya merasa menyesal karena atau setelah tertangkap basah, pertobatan sejati itu adalah hal yang membuat kita tidak melakukannya lagi hal yang membuat kita berdosa dan keluar dari lembah dosa itu, memang sakit dan susah meninggalkan hal yang biasa kita buat, hal yang membuat kita nikmat dan lainnya. Sahabat, kalau saja kita peka, seharusnya kita tahu bahwa dosa itu membuat seseorang berduka karena merasakan bahwa hubungan serta persekutuannya dengan Tuhan terputus. 

Oleh karena itu dibutuhkan sebuah pengakuan dan tanggung jawab atas tindakannya, seperti dikatakan, “Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan…” (2 Korintus 7:10). Pertobatan yang sejati dalam diri seseorang selalu membawa suatu perubahan sikap hidup yang benar-benar nyata, di antaranya: selalu ada kewaspadaan untuk menghindari jebakan-jebakan dan segala sesuatu yang dapat menjerat dirinya kembali ke dalam dosa; selalu ada pemberesan dalam diri untuk memastikan bahwa orang lain menyadari adanya perubahan dalam tingkah laku; dalam dirinya ada suatu kemarahan atau kebencian akan dosa oleh karena rasa takut akan Tuhan memerintah dalam hatinya. “Takut akan Tuhan ialah membenci kejahatan;” (Lihat Amsal 8:13a); serta adanya kerinduan atau gairah yang berapi-api untuk Tuhan dengan komitmen penuh, tidak setengah-setengah atau pasif!

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Roma 12:2)

Sahabat ku, yang namanya bertobat itu ada buahnya, yaitu perubahan yang sejati, perubahan yang dirimu dan mungkin sesama bisa menikmatinya, perubahan yang nyata dan berkomitmen untuk tidak kembali lagi ke alam itu.

“Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.” Injil Matius 3:8

Amin.
Tuhan bersama mu

Popular posts from this blog

Berilah Maka Kamu Akan Diberi

Berfoya-foya Dalam Kemewahan

Masih Ragu Dengan Kuasa-Nya?